BAHAN KOMSEL MINGGU, 24 MARET 2024
Pembicara: GI. Alfa Imanuel

GEMBALA YANG BAIK MEMBERIKAN NYAWA-NYA

 

Tujuan:

  • Agar jemaat mengetahui bahwa mereka memiliki Gembala yang baik, yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Ia adalah Gembala yang dapat diandalkan dalam segala situasi kehidupan.
  • Jemaat menaruh percaya kepada Tuhan dan Firman-Nya untuk memelihara serta menjaga jiwa dan kerohanian mereka dari pencuri yang menyesatkan.

 

KONTEKS YOHANES 10:11-18

Yohanes 10 adalah 1 rangkaian kisah Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya, mulai dari pasal 9. Yesus melakukan hal yang baik, dengan menyembuhkan mata orang yang buta. Namun orang-orang Farisi tidak menyukai hal itu, sebab Yesus menyembuhkan orang buta itu pada hari sabat. Yesus kerap kali berselisih dengan orang Farisi. Orang Farisi, adalah golongan yang cukup terpandang di tengah masyarakat Yahudi. Mereka sangat hafal aturan-aturan dalam Taurat, bahkan melakukannya dengan hampir sempurna. Mereka dipuji sebagai orang yang saleh, namun Yesus mengetahui isi hati mereka. Mereka melakukan itu semua untuk mendapatkan pujian orang, sehingga Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang yang munafik. Sebaliknya, orang Farisi juga sangat membenci Yesus, bukan saja karena Yesus sering mengritik mereka, namun juga karena Yesus dianggap sering melanggar aturan-aturan Taurat, misalnya: Yesus pernah membela para murid yang memetik gandum pada hari sabat dan menyembuhkan orang pada hari sabat. Yesus dianggap tidak menghormati aturan Taurat dan hukum musa. Mereka telah gagal memahami esensi hukum Taurat.

Kali ini orang Farisi sangat marah, karena Yesus menyembuhkan orang buta pada hari sabat. Juga rupaya, dalam Yohanes 9:22 terindikasi bahwa ada beberapa orang Yahudi yang telah percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Orang Farisi beserta sebagian besar orang Yahudi telah sepakat bahwa yang mengaku Dia Mesias, akan dikucilkan. Di mata orang Farisi dan sebagian besar orang Yahudi, Yesus dianggap sebagai penyesat. Sehingga Yesus meresponi sikap orang Farisi itu dengan menceritakan perumpamaan/pengajaran mengenai gembala yang baik. Ayat 11-12 mengatakan, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi dombadombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.” Yesus mengajarkan bahwa gembala yang baik itu peduli kepada domba-domba-Nya, peduli pada orang miskin, pada orang-orang yang berdosa, pada orang yang sakit, cacat, buta seperti orang itu.

Yesus adalah gembala yang baik, pemilik domba-domba-Nya. Ia mengasihi dombadomba-Nya. Ia merawat domba-domba-Nya yang sakit. Ia menuntun domba-domba-Nya di jalan yang benar. Bahkan ia mau mati bagi domba-domba-Nya. Ia menyerahkan nyawaNya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Merrill C. Tenney mengatakan, “Tujuan utama Yesus adalah keselamatan domba, yang ia definisikan sebagai akses bebas terhadap padang rumput dan kepenuhan hidup. Di bawah perlindungannya dan dengan pemberiannya, orang dapat merasakan kehidupan terbaik yang dapat ditawarkan. Dalam konteks penekanan Yohanes pada kehidupan kekal, pernyataan ini mempunyai makna baru. Yesus dapat memberikan makna hidup yang sepenuhnya baru karena Dia memberikan kepuasan penuh dan bimbingan yang sempurna.”

 

GEMBALA YANG BAIK MEMBERIKAN NYAWA-NYA

Tentu ini adalah kasih yang begitu besar dari Yesus, gembala kita yang baik. Tidak lazim seorang gembala memberikan nyawa-Nya bagi domba-dombanya. Seorang gembala memelihara domba untuk dijual, untuk dipotong dan dimakan. Domba tidak lebih tinggi nilainya, dibandingkan dengan gembala pemilik domba-domba itu. Dalam hidup kita sehari-hari juga demikian bukan. Seorang karyawan tidak lebih tinggi dari pada bosnya. Seorang asisten rumah tangga tidak lebih tinggi daripada pemilik rumahnya. Kita tidak lebih tinggi daripada Yesus Kristus Tuhan Allah kita. Seharusnya kita yang berkorban demi tuan kita. Kita yang harusnya bersusah payah bagi kemuliaanNya. Namun karena Allah tahu bahwa kita tidak bisa menyelesaikan masalah dosa dengan kekuatan sendiri, maka Allah kita harus berinisiatif untuk menyelamatkan kita.

 

GEMBALA YANG BAIK MENGENAL DOMBANYA DAN DIKENAL OLEH DOMBANYA

Yesus mengatakan di ayat 14-15, “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.” Gembala yang baik juga mengenal domba-domba-Nya. Setiap domba punya ciri khas tertentu: Ada domba yang mudah dirawat, mudah dipimpin, gembala pergi ke mana dia ikut saja. Ada domba yang suka bermain-main, sesuka hati, gembalanya suruh dia segera pulang ke kendang tapi tidak mau. Ada domba yang suka makan. Ada domba yang begitu sulit dirawat, setiap kali gembala mau sentuh dia, dia kabur, ia tidak mau bergerombol dengan kawanan yang lain. Setiap domba punya ciri khas, dan gembala yang baik mengenal mereka.

Sangat menarik, kalau kita memperhatikan terminology kata “Mengenal” dalam Bahasa aslinya menggunakan Bahasa Yunani Ginosko. Kata Ginosko dalam septuaginta (Alkitab PL berbahasa Yunani, digunakan untuk menerjemahkan kata Yada). Jadi kata mengenal berasal dari Bahasa Yunani Ginosko yang sejajar dengan kata Yada. Kata Yada dipakai dalam Kejadian 4:1, yang ditulis demikian, “Kemudian manusia itu bersetubuh (yada) dengan Hawa, istrinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan.” Nah, tentu dalam hal ini Yada bukan sekedar dimaknai sebagai sebuah aktivitas bersetubuh. (Bukan seperti itu maksudnya!). Namun yang dimaksud dengan Yada di sini adalah sebuah True Intimacy. Sebuah keintiman, seperti hubungan suami istri. Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Suami istri mengenal apa yang terlihat di luar namun juga sampai ke dalam hati. Inilah yang disebut dengan Yada, sebuah keintiman, kedekatan, hubungan yang akrab. Tuhan mengenal setiap detail dalam hidup kita.

Tuhan juga mengenal masing-masing dari kita. Tuhan mengenal siapa kita. Tuhan tahu isi hati kita, Tuhan tahu perbuatan kita, Yesus mengerti kebutuhan kita dan pergumulan kita, Yesus memahami luka hati kita. Tidak ada 1 pun yang tidak dikenalnya. Semua dikenalnya. Semua dikasihi oleh-Nya. Di ayat 15 Yesus menekankan sekali lagi kasih-Nya kepada mereka. Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.” Kebenaran yang seharusnya menyentuh hati kita. Sebab kita tahu bahwa kita tidak layak diselamatkan oleh Tuhan, karena kita orang yang berdosa. Namun Tuhan memilih untuk menyelamatkan kita. Ia mengambil jalan kematian di atas kayu salib untuk menggantikan hukuman kita, sehingga dosa kita ditebus oleh-Nya. Kematian Kristus di atas kayu salib mengubahkan hidup kita.

Kita yang dulunya orang berdosa, kini dibenarkan oleh Kristus. Hari kematian kematian Kristus, di atas kayu salib, harus selalu kita kenang. Kenangan akan kematian Kristus itu akan selalu meneguhkan iman kita dan memberikan kita kekuatan untuk hidup benar sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

 

Pertanyaan untuk direnungkan:

  1. Mengapa Yesus bersedia mengorbankan nyawa-Nya untuk Anda? Apakah Anda layak menerimanya?
  2. Apa makna pengorbanan Yesus bagi Anda?
  3. Bagaimana komitmen Anda untuk mengenang pengorbanan Yesus bagi hidup Anda?

 

Follow us: