Bahan Komsel GKJ Jembatan Lima
Minggu, 14 April 2024
Pengkhotbah: GI. Pinvatanis Gea

 

TUHAN YANG MEMIMPIN KEPADA HIKMATNYA

(1 Raja-raja 3:1-15)

Dalam perjalanan kehidupan kita, setiap hari bahkan setiap detik kita diperhadapkan dengan berbagai macam pilihan yang tentunya membutuhkan sebuah Keputusan. Mengambil sebuah Keputusan tentunya tidaklah mudah karena pasti selalu ada konsekuensi yang mengikutinya, terlebih jika Keputusan yang kita ambil itu berkaitan perjalanan hidup kita kedepan, dibutuhkan keseriusan dan pertimbangan yang matang untuk melakukannya. Tidak jarang orang yang kurang hati-hati dalam mengambil sebuah keputusan penting sehingga pada akhirnya mereka menyesal, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan keadaan, putus asa, bahkan ada yang sampaimenyakiti diri sendiri.

Kita harus akui bahwa kita adalah manusia yang terbatas, seringkali kita sudah sangat berhati-hati dalam mengambil suatu Keputusan namun di satu titik kita tetap gagal, hal itu menjadi bukti bahwa kita sangat rapuh dan membutuhkan pertolongan dari pribadi yang lebih besar dan lebih berkuasa dari kita, kita membutuhkan campur tangan dan pertolongan Tuhan. Dalam nas ini kita bisa belajar dari Salomo yang tentunya sangat terkenal dengan hikmatnya dalam mengambil keputusan-keputusan besar.

Salomo adalah Raja Israel yang terkenal karena kebijaksanaannya. Dia adalah anak ketiga dari raja Daud dan merupakan raja ketiga dari kerajaan Israel. Sekalipun Salomo sangat terkenal dengan hikmat dan kebijaksanaanya, tenyata sebelum itu kehidupan Salomo belum sungguh-sungguh didalam Tuhan (secara khusus kita akan melihat kehidupan Salomo dalam konteks ayat yang telah kita baca hari ini): Ay. 1, Salomo menjadi menantu Firaun raja Mesir. Ia memperistri putri Firaun dan membawanya ke kota Daud, sampai ia selesai mendirikan istana dan Rumah Tuhan serta tembok sekeliling Yerusalem. Bagian ini membuktikan bahwa Salomo telah melanggar hukum Tuhan (ulangan 7:3-4, Janganlah juga engkau kawin-mawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kau berikan kepada anak laki-laki mereka, atau anak perempuan mereka jangan kau ambil bagi anakmu laki-laki) Tuhan melarang kawin campur dengan bangsa-bangsa lain karena dapat menyebabkan penyembahan berhala dan ketidaksetiaan kepada Tuhan namun hal ini dilanggar oleh Salomo karena lebih mementingkan kepentingan politiknya. Selanjutnya, ay. 3, Salomo mengasihi Tuhan dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya. Hanya saja, Ia masih mempersembahkan kurban sembelihan dan dupa di tempat-tempat pemujaan. Ayat ini menegaskan bahwa salomo tidak sungguh-sungguh di dalam Tuhan. Salomo hanya melakukan sebatas apa yang telah ditetapkan oleh ayahnya Daud. Kasihnya kepada Tuhan tidak mengalir dari hati yang paling dalam sehingga Salomo masih melakukan penyembahan-penyembahan kepada dewa-dewa lain. Kehidupan Salomo jauh dari kehidupan yang berkenan kepada Tuhan.

Dalam keterbatasan Salomo sebagai manusia, Tuhan memimpin Salomo kepada HikmatNya melalui:

1. Janji Pemeliharaan Allah digenapi kepada anak Daud (2 Samuel 7:12-16)

“Apabila umurmu sudah genap dan engkau mendapat perhentian bersama nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu kemudian, anak kandungmu, dan aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKU dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selamalamanya. Aku akan menjadi Bapanya dan ia kaan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, Aku akan menghajar dia dengan tongkat yang dipakai manusia. Tetapi, kasih setiaKu tidak akan menjauh darinya, seperti telah kujauhkan dari Saul, yang telah kusingkirkan dari hadapanmu. Dinastimu dan kerajaanmu akan teguh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.” Janji Tuhan terhadap Daud dan keturunannya ya dan amin. Secara manusia, Salomo telah menjadi domba yang hilang, jauh dari Tuhan dan cara hidupnya tidak berkenan dihadapan Tuhan. Namun, Kelemahan Salomo tidak membatasi janji pemeliharaan Tuhan. Tuhan mencari, mendapatkan dan membawa Salomo kembali kepada jalan Tuhan sehingga Salomo mengerti jalan Tuhan bahkan menjadi pribadi yang bijaksana lebih dari siapapun.

2. Keteladan Hidup ayahnya Daud ( Ay. 5-6)

“Di Gibeon Tuhan menampakkan diri kepada Salomo di dalam mimpi dengan berkata, mintalah apa yang perlu kuberikan kepadamu.” Lalu Salomo menjawab, Engkau telah menunjukkan kasih setia yang besar kepada hambaMu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapanMu dengan setia, benar, dan jujur terhadap Engkau. Engkau telah memelihara kasih setia yang besar itu kepadanya dengan memberinya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti yang terjadi hari ini.” Kehidupan Daud memberikan dampak yang besar bagi kehidupan anaknya Salomo. Melalui Daud, Salomo semakin mengenal Tuhan. Salomo mengakui bahwa begitu besar kasih setia Tuhan, Salomo mengakui bahwa kekuatan Tuhanlah yang memampukan ayahnya Daud memiliki kehidupan yang setia, benar dan jujur dihadapan manusia terlebih di hadapan Tuhan.

Seorang yang berhikmat bukanlah seorang yang sempurna melainkan karena Allah sendiri yang bekerja menuntunnya bertemu kepada sang hikmat itu sendiri.

Bukti dari penyertaan Allah kepada Salomo, Salomo menjadi pribadi rendah hati dan berhikmat.

  • Salomo menyadari bahwa hidupnya berasal dari Tuhan (ay. 6b)
    (Engkau telah memelihara kasih setia yang besar itu kepadanya dengan memberinya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti yang terjadi hari ini)
  • Salomo menyadari bahwa Tuhan yang telah mengangkatnya menjadi seorang raja (ay. 7a)
    (Sekarang, Ya Tuhan, Allahku, Engkau telah mengangkat hambaMu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku)
  • Salomo menyadari keterbatasan dirinya namun Tuhan tetap mau pakai (ay. 7b, 9b)
    (Sekalipun aku masih muda belia dan belum berpengalaman. Sebab, siapakah yang sanggup menjadi hakim atas umatMu yang besar ini?)
  • Salomo sangat menghargai dan bertanggung jawab penuh atas kedudukan yang Tuhan percayakan (ay.8)
    (HambaMu ini berada di tengah-tengah umatMu yang telah Kau pilih, umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya)
  • Salomo tidak fokus kepada dirinya melainkan fokus kepada pekerjaan Tuhan (ay. 9)
    (Berikanlah kepada hambaMu ini hati yang penuh pengertian untuk menjadi hakim atas umatMu dan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat; sebab, siapakah yang sanggup menjadi hakim atas umatMu yang besar ini?)

Seseorang yang telah mengenal Tuhan dengan benar pasti memiliki kerendahan hati, memiliki hati yang bijaksana, menjadi pribadi yang berkenan dan menyenangkan hati Tuhan. Dalam ay. 10, Tuhan berkenan sebab Salomo meminta hal itu yaitu hikmat untuk menjadi raja atas umatNya. Ketika Tuhan datang dan memberikan kebebasan kepada Salomo untuk meminta apa yang diinginkan hatinya, maka pasti akan dikabulkan oleh Tuhan, Salomo bisa saja meminta kepada Tuhan; umur panjang, kekayaan, menghalau dari musuh tetapi Salomo tidak meminta demikian namun Salomo meminta pengertian bagaimana memerintah sebagai raja yang benar di hadapan Tuhan. Tuhan memberikan apa yang Salomo minta kepada Tuhan dengan menjadikannya seorang yang bijaksana melebihi dari siapapun (ay. 12). Tuhan sangat rindu dan menghendaki setiap anak-anakNya memiliki kehidupan yang berwawasan kerajaan surga yaitu kehidupan yang tidak hanya fokus kepada diri sendiri melainkan kehidupan yang melayani dan berdampak bagi banyak orang. Hal yang tidak diminta oleh Salomo Tuhan berikan kepadanya yaitu Kekayaan dan kemuliaan (ay.13, juga, apa yang tidak kau minta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorang seperti engkau diantara raja-raja).

Bagian ini mengingatkan kita bahwa kunci dari kekayaan adalah hikmat Tuhan. Seharusnya hal inilah yang menjadi prioritas hidup kita, yang menjadi permohonan kita, yaitu hikmat Tuhan. Bagaimana kita hidup di hadapan Tuhan, bagaimana kita bertanggung jawa atas kepercayaan yang telah Tuhan percayakan baik di dalam pekerjaan, pelayanan, rumah tangga, dll. Kekayaan dan kemuliaan bukanlah prioritas hidup kita sebagai orang-orang yang telah mengenal Tuhan dengan benar. Kekayaan dan kemuliaan hanyalah bonus yang Tuhan percayakan untuk kita nikmati. Mari kita meminta hikmat dari Tuhan supaya kita memiliki hidup yang bijaksana, yang memuliakan Tuhan.

 

Pertanyaan untuk direnungkan:

  1. Tuhan mengenal dengan benar siapa anda di hadapanNya, Tuhan tahu apa yang anda lakukan setiap hari, Tuhan tau bahwa sekalipun anda berjuang namun anda tetap gagal. Hikmat anda dalam menjalani hidup ini sangat terbatas oleh karena itu anda sangat membutuhkan hikmat dari Tuhan yang melebihi dari segalanya. Maukah kita berkomitmen dan sungguh-sungguh hidup didalam Tuhan? tindakan apa yang akan lakukan untuk sungguh-sungguh hidup didalam Tuhan?
  2. Apa yang menjadi prioritas hidup anda saat ini, kekayaaan, kehormatan? Hal itu tidak boleh menjadi prioritas hidup anda sebagai anak Tuhan. Itu hanyalah bonus dari Tuhan. Maukah anda berkomitmen dengan rendah hati meminta hikmat dari Tuhan untuk memiliki hidup yang berwawasan Kerajaan surga yaitu hidup yang melayani dan menjadi berkat bagi orang lain?
Follow us: