Bahan Komsel Minggu, 3 Maret 2024

TUHAN YANG MENCARI DAN MENEMUKAN
主尋找並尋見
(Matius 18:12-14)

 

Tujuan.

  1. Jemaat menyadari bahwa salah satu anggota jemaat dapat saja disesatkan oleh tindakan orang-orang yang ada di dalam komunitas maupun di luar komunitas, namun selalu ada harapan akan pemulihan.
  2. Jemaat ikut mengambil bagian dalam upaya membawa kembali anggota jemaat yang tersesat dengan belas kasihan Tuhan agar rekonsiliasi, pengampunan dan pemulihan dapat terjadi dalam komunitas orang percaya.

 

Pendahuluan:

Apa sikap saudara terhadap anak yang melakukan kesalahan yang fatal? Atau mungkin sahabat yang telah melakukan tindakan tidak terpuji bahkan sampai membuat malu semua orang? Marah besar, mengusirnya, atau tidak mau bergaul lagi dengannya?

Era dunia modern saat ini yang melimpah dengan sumber daya telah menguasai pemikiran dan sikap manusia. Bila ada barang yang rusak, tidak usah berpikir panjang untuk memperbaikinya melainkan membuang dan menggantinya dengan yang baru saja, toh terkadang biaya penggantinya melebih harga barunya. Sekarang kita sulit menemukan ‘bengkel’ reparasi untuk memperbaiki panci yang rusak, sepatu yang rusak, payung yang rusak dsb. Begitu juga dengan orang, ketika tidak cocok dengan seseorang kita bisa ‘membuangnya’ dan mengganti dengan teman baru.

Dalam membaca Alkitab, tiga prinsip yang penting yang harus diperhatikan pembaca agar kita dapat mengerti maksud Allah melalui para penulis Alkitab, yaitu; konteks, konteks, dan konteks. Dalam konteks Matius 18:12-14 ini domba yang tersesat itu adalah orang-orang berdosa. Sedangkan gembala yang mencari adalah Tuhan. Tuhan bertanya kepada pendengar pada saat itu; Matius 18:12 (TB) “Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?”

Dalam konteks ayat yang kita baca, sikap gembala tidak seperti sikap orang Kristen masa kini. Terkadang kita melihat ada dua ekstrim di dalam menghadapi orang yang tersesat. Satu ekstrim memaklumi “mengampuni” tidak menganggap kesalahan sebagai kesalahan yang perlu dibesar-besarkan atas nama kasih dan pengampunan. Ekstrim lainnya adalah mengucilkan atau mengusir orang tersebut. Kasih Kristus dinyatakan seperti seorang gembala yang mencari yang hilang dengan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan. Maksud dari Tuhan Yesus dalam perumpamaan tersebut tentu bukan mengabaikan yang sembilan puluh sembilan tetapi bicara tentang prioritas. Hal “mengabaikan” tidak boleh ada di dalam kehidupan berjemaat. Ada kalanya jemaat jatuh dalam dosa. Ada yang tersesat bahkan terhilang. Gereja, hamba Tuhan, pengurus, jemaat, orang percaya harus mencari mereka yang terhilang itu. Sudut pandang Allah dan manusia sering berbeda. Allah begitu peduli dan sangat memperhatikan yang terhilang, walaupun hanya satu ekor. Sebaliknya bagi manusia, “ah hanya satu, kan masih ada sembilan puluh sembilan ekor”. Maka dari itu jangan menyebut diri murid Kristus bila Anda tidak peduli dengan mereka yang tersesat atau terhilang. Apalagi seorang hamba Tuhan harus lebih lagi; mencari hingga menemukannya kembali. Sebab bila kita telah menemukannya kembali, maka kita akan mengalami sukacita yang besar.

Lukas 15:7 (TB) Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Bila lebih jauh kita melihat perbedaan dan persamaan Matius dan Lukas. Matius, memberikan latar belakang siapa yang terbesar (Mat. 18:1-5) dan siapa yang menyesatkan orang (Mat. 18:6-11). Di tengahnya adalah perumpamaan domba yang hilang (Mat. 18:12-14). Kemudian diberikan treatment-nya (Mat. 18;15-35). Lukas, mengelompokkan perumpamaan sesuatu yang hilang (domba, dirham dan anak) untuk menjelaskan perhatian dan kepedulian Tuhan kepada mereka yang terhilang itu. Dan di pasal sebelumnya (Lukas 14) Tuhan Yesus menaruh perhatian-Nya kepada mereka yang termarjinalkan.

Dari hal ini kita dapat menemukan suatu kebenaran hakiki yaitu bahwa; Kasih bukan berarti mentolerir atau kompromi dengan dosa, tetapi kasih sekaligus juga harus merangkul orang yang berdosa agar ia bertobat dari perbuatannya. Dengan kata lain kita membenci perbuatannya tetapi mengasihi orangnya. Agar jangan sampai orang tersebut binasa karena dosanya. Ketika dia bertobat tentu Allah akan menerimanya kembali dan besarlah sukacita-Nya.

 

Pertanyaan untuk disharingkan dan direnungkan:

  1. Bagaimana Tuhan mencari dan menemukan Anda?
  2. Ingatkah Anda dengan seseorang yang telah jauh dari Tuhan mungkin karena kecewa, jatuh dalam dosa atau kurang diperhatikan?
  3. Cara apa yang Anda telah upayakan untuk mencari dan membawanya kembali kepada Tuhan?

 

Follow us: