Credo ut intelligam (aku percaya maka aku mengerti) merupakan istilah yang sangat penting dalam teologi reformed. Istilah ini dikemukakan oleh seorang teolog sekaligus seorang filusuf Kristen bernama Anselmus (1033-1109). Anselmus bertolak dari iman dan iman tersebut yang kemudian bergerak untuk mencari pembuktian.
Realita yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa rasionalitas menuntut suatu pengertian yang jelas dan spesifik untuk meyakini sesuatu. Kita tidak mungkin mau meyakini sesuatu sebelum kita mengerti dengan jelas apa sesuatu itu. Misalkan saja seseorang menyuruh kita minum segelas air dan mengatakan kepada kita bahwa air itu dapat menyembukan penyakit kanker. Saya percaya bahwa tidak ada orang yang “rasionalnya masih utuh” langsung meneguk air itu tanpa bertanya, itu air apa? Darimana? Air itu mengandung apa? Dan mengapa air itu dapat menyebuhkan kanker? Kita perlu mengerti dengan jelas air itu sebelum kita meminumnya.
Para teolog juga pernah menggumuli hal ini, mereka mempertanyakan “bagaimana dengan keyakinan kepada Tuhan?” Keyakinan kita kepada Tuhan juga tentunya menuntut penjelasan rasional. Kita perlu mengenal Tuhan sebelum kita percaya kepadanya. Permasalahannya adalah, ada banyak orang yang akhirnya menolak Tuhan karena tidak mendapatkan penjelasan rasional dan spesifik tentang Tuhan. Orang-orang atheis (orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada) kebanyakan adalah para professor teolgi dan professor filsafat yang mempelajari alkitab dengan sungguh-sungguh dan berusaha menyingkapkan penjelasan rasional tentang keberadaan Tuhan, pada akhirnya mereka kecewa dan menyimpulkan bahwa Tuhan tidak ada. Ini tentunya adalah sebuah ironi dan sangat menarik perhatian kita. Dimanakah letak kesalahannya?
Alkitab sebenarnya telah banyak memberitahu kita bahwa kita tidak akan mungkin dapat mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh sebelum kita percaya kepada-Nya. Hal ini adalah karena perkara pengenalan akan Tuhan bukanlah perkara rasionalitas semata tetapi perkara iman dan pekerjaan Roh Kudus. Kesalahan para atheis adalah berusaha mengenal Tuhan dengan hanya mengandalkan rasionalitas mereka, mereka menjadikan Tuhan sebagai obyek penyelidikan dan berusaha menjelaskan-Nya dengan rasio mereka, pada akhirnya mereka kecewa dan tersesat dalam pemikiran sendiri. Tuhan bukanlah obyek pengetahuan, tetapi Dia adalah subyek. Jika kita ingin mengenal Tuhan, kita harus percaya dulu kepada-Nya, karena rasionalitas kita yang sangat terbatas tidak mungkin dapat mengerti tentang Tuhan yang tidak terbatas. Kita membutuhkan pimpinan dan pencerahan dari Allah Roh Kudus untuk mengerti Firman Tuhan dan mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh. Akal kita harus kita tundukkan dibawah otoritas firman Tuhan dan harus diterangi oleh Allah Roh Kudus. Jika kita ingin mengenal Tuhan dengan sungguhsungguh kita harus berdoa kepada-Nya dan meminta agar Allah Roh Kudus menguasai hidup kita dan memberikan kita pengertian itu.
Fakta ini sangat relevan dengan prinsip credo ut intelligam yang artinya adalah bahwa iman kita kepada Tuhan-lah yang akan menemukan pengetahuan kita tentang Dia. Jika kita percaya kepada Tuhan, Dia akan memimpin kita hari demi hari semakin mengenal Dia. Dalam kehidupan kita sehari-hari, Tuhan akan menyatakan Diri-Nya kepada kita melalui doa-doa kita kepada-Nya, melalui Firman-Nya dan melalui pengalaman hidup kita. Allah Roh Kudus akan memandu kita belajar tentang Dia, kehendak-Nya dan rahasia kerajaan-Nya. Ini adalah hal yang sangat pribadi dan terkadang tidak mampu dijelaskan dengan akal, tetapi hanya mampu dimengerti secara rohani. Tuhan tidak dapat kita kenal dengan sungguh-sungguh hanya dari penjelasan manusia atau buku-buku teologi, karena semua pengetahuan dari luar itu hanya mampu menyentuh akal kita. Ada satu dimensi dalam diri kita yang hanya dapat disentuh oleh Tuhan melalui hubungan pribadi kita dengan Dia. Kita terkadang tidak dapat menjelaskan dimensi itu, tetapi tanpa sentuhan Tuhan di sana maka hidup kita akan terasa hampa sekalipun kita memiliki pengetahuan yang banyak tentang Dia. Di situlah batas akal kita, dimana kita harus mengakui bahwa ada hal tertentu dalam diri kita yang tidak bisa kita jelaskan dengan akal tapi dapat kita mengerti secara rohani. Di sini juga letak peranan iman, yaitu iman yang akan menemukan pengetahuan kita tentang Tuhan. Jadi kalau kita ingin mengenal Tuhan dengan sungguhsungguh, kita harus percaya kepada-Nya dengan sungguh-sungguh dan kita harus berpengalaman dengan Dia melalui doa kita, Firman-Nya dan pengalaman hidup kita.