Alkitab memberitahu kita bahwa kita adalah orang-orang yang berdosa yang tidak layak hidup. Kita adalah pewaris murka Tuhan dan layak untuk dihukum. Hanya ada satu alasan kita hidup yaitu anugerah Tuhan yang Dia nyatakan di dalam kematian dan kebangkitan Kristus. Tidak ada satu pun yang dapat kita banggakan dalam hidup ini karena tanpa anugerah Tuhan semuanya sia-sia. Demikian juga tidak ada hal yang paling penting kita kerjakan dalam hidup ini selain hidup memuliakan Tuhan sebagai wujud dari ucapan syukur kita atas anugerah-Nya.
Kita telah menerima segala sesuatu secara cuma-cuma, namun Tuhan membayar semuanya itu dengan mengorbankan segalanya. Tuhan memberikan anugerah itu kepada kita bukan pada saat kita layak dihadapan-Nya tetapi ketika kita dalam keadaan berdosa (Roma 5:8). Kita tidak memiliki andil apapun dalam anugerah yang sangat besar itu, namun semuanya hanya karena kemurahan-Nya semata. Jika kita boleh mengenal Kristus, percaya kepada-Nya dan menerima keselamatan dari pada-Nya itu semua bukan karena kita tetapi karena Dia sendiri menyatakan diri-Nya kepada kita secara pribadi melalui Firman-Nya dan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita.
Alkitab mencatat bahwa iman kita kepada-Nya pun adalah anugarah-Nya yaitu melalui pekerjaan Roh Kudus yang membuka hati kita dan meneranginya sehingga kita mengerti kebenaran dan percaya kepada-Nya. Allah Roh Kudus juga yang memelihara iman kita. Demikian juga dengan segala berkat jasmani yang boleh kita miliki di dalam Dia, semuanya itu hanya anugerah-Nya semata-mata bagi kita selama kita hidup di dunia ini. Kesadaran akan hal ini akan sangat mempengaruhi sikap hidup kita.
Pemahaman kita akan anugerah Tuhan sangat menentukan bagaimana kita memperlakukan Tuhan, diri sendiri dan sesama kita. Kita tidak akan mejadi sombong karena kita sadar bahwa tidak ada yang patut kita banggakan. Anak-anak Tuhan sering sekali jatuh dalam dosa kesombongan oleh karena harta, kedudukan dan status sosial. Pada saat tidak memiliki apa-apa begitu rendah hati dan tidak membeda-bedakan. Tetapi begitu memiliki segala sesuatu, semuanya seketika berubah, kelas-kelas sosial mulai dibentuk, cara bicara mulai berubah, cenderung menjadi otoriter dan angkuh. Sebenarnya jika dipikir-pikir, apa yang menjadi alasan bagi kita untuk menyombongkan diri, sementara semuanya adalah anugerah Tuhan semata? Kesombongan hanya akan membawa kita jatuh dalam dosa dan murka Tuhan karena Tuhan sangat menentang orang-orang sombong. Demikian juga dalam hal membeda-bedakan, kita tidak memiliki hak untuk itu karena harta, kedudukan, dan status sosial tidak membuat kita berbeda di mata Tuhan. Tuhan tidak memandang muka.
Tuhan memberkati kita bukan untuk jatuh dalam dosa kesombongan atau dosa membeda-bedakan tetapi Tuhan ingin kita menjadi berkat bagi sesama dan bagi pekerjaanNya. Kita wajib mendedikasikan hidup kita untuk Tuhan dan untuk pekerjaan-Nya. Mari kita belajar menghilangkan perbedaan terutama diantara kita saudara seiman karena kita ini semua sama dihadapan Tuhan, sebaliknya mari kita saling membangun satu sama lain sebagai keluarga yang utuh. Dalam keseharian kita, mari kita menjadi orang-orang yang rendah hati.
Kristus telah memberikan teladan bagi kita sekalian dengan cara mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa yang hina dan menanggung segala kehinaan karena kita, untuk menyatakan cinta-Nya kepada kita. Dia yang adalah Tuhan yang memiliki segalanya tidak menyombongkan diri-Nya kepada kita yang hina. Siapakah kita yang kemudian menyombongkan diri dihadapan-Nya?
Tidak dapat dipungkiri bahwa kita lahir dari latar belakang yang berbeda-bada dengan status sosial (menurut pandangan dunia) yang berbeda-beda, harta dan kekayaan yang berbeda-beda, tingkat pendidikan yang berbeda-beda, keberuntungan yang berbadabeda, garis keturunan yang berbeda-beda, dan keindahan fisik yang berbeda-beda. Namun biarlah anugerah Tuhan mempersatukan kita dan menghapus semua perbedaan itu. Mari kita saling menghormati satu sama lain di dalam ikatan kasih yang Tulus. Mari kita memupuk persatuan dan kesatuan sebagai sesama anggota tubuh dengan Kristus sebagai kepala. Mari kita bergandengan tangan untuk saling mengangkat dan menguatkan satu sama lain karena hal itulah yang diinginkan Tuhan atas kita sekalian. Tuhan memberkati kita. Amin.