TEMA BESAR KOMSEL:

AKU PASTI BERBUAH

 

Persiapan bagi PKS:

  1. Apa yang anda dapatkan dalam firman Tuhan yang minggu ini?
  2. Pasti ada minimal satu pesan dari firman Tuhan yang paling kuat menggentarkan hati anda, apakah itu? Menurut anda mengapa pesan itu sangat penting bagi anda? Apa yang akan anda lakukan dengan pesan khusus itu?

(Sebelum membaca ringkasan khotbah, renungkan kembali pesan khusus Tuhan untuk anda melalui khotbah yang anda dengar, resapi itu dan buatlah komitmen-komitmen iman di dalamnya, tujuannya adalah agar anda tidak melewatkan pesan khusus Tuhan atas hidup anda. Pola ini juga dapat anda terapkan dalam komsel, sebelum sharing dan membahas ringkasan khotbah ada baiknya setiap anggota komsel merenungkan sejenak apa yang secara pribadi mereka dapatkan melalui khotbah).

 

Ringkasan Khotbah 28 Januari 2024 (Pengkhotbah: GI. William Sitinjak)

ALLAH YANG MENGENALKU
Mazmur 139:1-12

 

Mengenal seseorang itu berbeda dengan hanya sekedar memiliki pengetahuan tentang seseorang. Kita dikatakan mengenal seseorang jika: 1) kita memiliki pengetahuan tentang seseorang; 2) kita hadir dan berkomunikasi dengan orang tersebut; 3) kita berinteraksi dan berkarya dalam kehidupannya.

Ketika kita menyatakan “Allah mengenalku” itu berarti Allah tidak hanya memiliki pengetahuan tentang kita tetapi Dia juga hadir dalam hidup kita dan Dia berkarya dan menyatakan kehendakNya dalam interaksi dengan kita. Daud menggambarkan hal ini semua dalam Mazmur 139:1-12 di mana Allah yang mengenal umat itu ternyata Allah yang Mahatahu mengetahui seluruh hidup umat (ay. 1-4, 6), Dia juga hadir dalam kemahahadiranNya (ay. 5, 7-10), dan berinteraksi di hidup umatNya dalam kemahakuasaanNya (ay. 11-12). Jadi dalam Mazmur 139:1-12 ini Daud ingin pembacanya menyadari ada kebaikan dan keuntungannya umat menyadari bahwa Allah mengenal kita. Apa saja kebaikan dan keuntungannya bagi kita jika Allah mengenal kita?

1. Doa dan harapan kita tidak akan sia-sia karena kita berharap kepada Tuhan yang mahatahu (ay. 1-4, 6)

Pada ayat 1 sampai 4 Daud menegaskan bahwa Allah sungguh-sungguh mahatahu

  • Allah tahu tindakan kita (ay. 2a)
  • Allah tahu pikiran kita (ay. 2b)
  • Allah tahu motivasi kita ketika bertindak (ay. 3)
  • Allah tahu apa yang ingin kita katakan (ay. 4)

Namun indahnya yang disaksikan Alkitab baik di PL dan PB menjelaskan bahwa sejak Allah itu mengetahui segala sesuatu, maka dari itu Dia tahu yang terburuk dalam hidup kita. Tapi Allah tetap cinta. Begitu pula sejak Allah itu mengetahui segala sesuatu, maka dari itu Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Dalam ketakjuban kenyataan itu Daud menyatakan ayat 6: “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” Jadi Daud menyadari “Karena Kemampuan Tuhan Melampaui kenyataanku, maka tindakan terbaik adalah tunduk pada kebesaran-Nya.” Maka dari itu berserah dan berharaplah kepada Tuhan karena Tuhan itu sungguh mahatahu.

2. Kita tidak pernah dibiarkan sendiri, karena Allah selalu hadir menyertai (ay. 5, 7-10)

Daud menjelaskan bagaimana Allah yang mengenal umatNya itu adalah Allah yang mahahadir. Dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam tindakan yang mustahil pun umat tidak dapat menghindari kehadiran Allah (ay. 7-10). Dan Daud pun menyadari penyertaan Tuhan dalam hidupnya, yakni ketika Daud dikejar-kejar Saul yang ingin membunuhnya. Daud berpindah-pindah untuk menghindari Saul ke Nob, Gat, gua Adulam, Kehila, padang gurun Zif (1 Sam. 21-23). Alhasil Saul tidak pernah bisa menangkap Daud, dan malah sebaliknya Daud mendapati Saul duluan yang sedang buang hajat (1 Sam. 24:1-4) oleh karena penyertaan Tuhan. Meskipun demikian Daud tidak memakai kesempatan itu untuk membunuh Saul.

Dari kisah ini terlihat manusia bisa menghindari sesama manusia, tetapi tidak pernah bisa menghindari kehadiran dan penyertaan Allah. Daud selamat dari Saul itu semua karena Allah menyertai dan hadir bersama Daud. Walaupun kehadiran Allah itu tidak terlihat ataupun tidak dirasakan karena sejatinya inderawi manusia itu terbatas. Maka dari itu perlu ditegaskan bahwa karena indera kita tidak dapat merasakan kehadiran Allah bukan berarti Allah tidak hadir, dan juga kehadiran Allah tidak harus selalu kita rasakan.

Kiranya ketika kita semakin menyadari Tuhan itu mengenal dan mengetahui hidup kita, maka respons kita adalah kita semakin dekat dan merindukan kehadiran Allah (merindukan dekapan kasih Allah). Sekalipun ada kalanya kita tidak bisa merasakan kehadiran Tuhan, mari kita meyakini dengan iman karena firman Tuhan berkata Allah itu selalu hadir menyertai umatNya.

3. Kegelapan dan penderitaan tidak dapat menguasai kita karena Terang kasih Allah melingkupi kita (ay. 11-12)

Memang, dalam sejarah dunia yang disaksikan Alkitab pun menegaskan bahwa dunia ini tidak ada yang benar-benar gelap. Terang kasih pengharapan dari Tuhan tetaplah bersinar:

  1. Orang Israel diperbudak Mesir pun bisa Tuhan bebaskan
  2. Raja Israel yang menyimpang dari jalan Tuhan pun tidak pernah membawa umat Israel benar-benar jauh dari Tuhan (jalan yang gelap)
  3. Daud pun melakukan tindakan dosa yang sangat gelap pun, Tuhan tetap ampuni, kasihi dan terima. Setidaknya tiga pelanggaran dosa yang gelap:
    • Raja tidak ikut berperang (2 Sam. 11:1)
    • Daud berzinah dengan istri Uria—Batsyeba namanya, sampai Batsyeba mengandung (ay.2-5). 
    • Daud merancangkan pembunuhan bagi Uria (ay. 15-17).

Akan tetapi Tuhan tetaplah berbelas kasihan kepada Daud dengan mengutus Nabi Natan untuk menegur Daud sehingga Daud menyadari dosanya, menyesali dan mau bertobat. Tuhan tetap melihat Daud dengan kasih, Tuhan mengampuni. Jadi kegelapan dosa tidak bisa memisahkan terang kasih Allah kepada Daud. Makanya Daud mengatakan di ayat 11-12: “Jika aku berkata: ‘Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,’ maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”

Tidak ada satu sudut pun di dunia ini yang benar-benar gelap sehingga Tuhan tidak bisa berkarya atau memberikan terangNya. Tidak ada! Bahkan penderitaan tergelap adalah kematian sekalipun tidak bisa menghalangi terang kasih Kristus menyinari umatNya. Yesus telah mengalahkan maut itu dengan jalan menderita, mati di kayu salib agar kita yang berdosa ini tidak lagi hidup dalam bayang-bayang maut. Karena Kristus telah mati buat kita agar kematian, maut dikalahkan dan Yesus menghadirkan terang kasih Nya ke hidup kita.

 

Pertanyaan untuk didiskusikan.

  1. Sudahkah kita meyakini bahwa Allah yang mengenal kita itu mahatahu, selalu hadir menyertai hidup, dan berkarya dan memberikan terang kasihNya?
  2. Secara pribadi, pernahkah bapak ibu berada dalam situasi terpuruk, merasa sendiri dan merasa Tuhan tidak menyertai? Apa yang biasanya bapak ibu lakukan?
  3. Apa yang menjadi respons bapak ibu ketika menyadari bahwa Allah yang mengenal bapak ibu itu adalah Allah yang mahatahu, mahahadir, mahakuasa?
Follow us: