Bahan Komsel GKJ Jembatan Lima

Minggu, 02 Maret 2025

ARTI HIDUPKU
生命的意義
(Pengkhotbah 1:4-11)

 

Arti Hidup: Mencari yang Kekal di Tengah yang Sementara

Kehidupan manusia sering kali terasa seperti siklus tanpa akhir. Pengkhotbah mengamati bahwa generasi datang dan pergi, matahari terbit dan terbenam, angin berputar, dan sungai mengalir ke laut yang tak pernah penuh. Semua ini menggambarkan realitas bahwa dunia berjalan dalam keteraturan yang tetap, sementara manusia bersifat sementara dan terbatas.

Penulis kitab Pengkhotbah menyadari bahwa segala sesuatu yang terlihat indah dan menarik pada awalnya, lama-kelamaan kehilangan daya tariknya. Seperti pengalaman seseorang yang mengunjungi tempat wisata berulang kali, keindahan yang dahulu begitu memukau, lambat laun menjadi biasa. Ini mencerminkan betapa pencapaian duniawi—harta, jabatan, dan kesenangan—tidak dapat memberi kepuasan sejati.

Sebagai manusia, kita sering tergoda untuk mencari makna dalam hal-hal yang fana. Namun, ketika kita menggantungkan hidup hanya pada hal-hal sementara, kita akan mengalami kekosongan. Pengkhotbah mengingatkan bahwa tidak ada yang benar-benar baru di bawah matahari, dan sejarah hanya berulang kembali. Hal ini mendorong kita untuk mencari sesuatu yang lebih abadi—yaitu hubungan dengan Tuhan.

Menerima kenyataan bahwa hidup ini sementara bukan berarti kita menyerah pada pesimisme. Sebaliknya, ini adalah undangan untuk mengarahkan hati kepada hal-hal yang bernilai kekal. Daripada berusaha mengejar kepuasan dari dunia, kita dipanggil untuk menghargai setiap momen bersama Tuhan dan orang-orang terdekat kita. Kesuksesan yang sejati bukanlah yang diukur oleh harta atau jabatan, tetapi oleh hubungan yang kita bangun dengan Tuhan dan sesama.

 

Pertanyaan untuk direnungkan/disharingkan:

  1. Apa yang selama ini menjadi fokus utama dalam hidup Anda? Apakah itu sesuatu yang sementara atau yang kekal?
  2. Bagaimana Anda dapat lebih menghargai hal-hal sederhana dan abadi dalam hidup, seperti hubungan dengan Tuhan dan keluarga?
  3. Bagaimana cara Anda mengubah perspektif agar hidup tidak hanya berputar dalam siklus yang melelahkan, tetapi memiliki tujuan dalam kehendak Tuhan?
Follow us: