Bahan Komsel GKJ Jembatan Lima
Minggu, 06 Juli 2025
HIDUP DALAM TERANG ALLAH
活在主光中
(1 YOHANES 1:5-10)
Pendahuluan:
- Konteks Nas: Surat 1 Yohanes ditulis untuk menguatkan jemaat yang menghadapi ajaran sesat (gnostisisme) yang meragukan dosa dan inkarnasi Kristus.
- Tema Utama: Allah adalah terang, dan hidup sebagai pengikut-Nya harus mencerminkan terang itu.
- Relevansi: Dunia penuh dengan “kegelapan” (dosa, dusta, kepura-puraan). Bagaimana kita hidup dalam terang Allah?
Isi Khotbah:
A. Allah Adalah Terang (Ayat 5)
- Sifat Allah: “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.”
- Terang melambangkan kekudusan, kebenaran, dan kemurnian.
- Kegelapan = dosa, kejahatan, pemisahan dari Allah.
- Implikasi: Sebagai anak-anak terang (Efesus 5:8), kita dipanggil untuk meneladani karakter Allah.
B. Dua Respons terhadap Terang Allah (Ayat 6-7)
- Hidup dalam Kegelapan (Ayat 6)
- Klaim palsu: “Kita bersekutu dengan Allah,” tetapi hidup dalam dosa.
- Akibat: “Kita berdusta dan tidak melakukan kebenaran.”
- Contoh: Orang Farisi (Matius 23:27-28).
- Hidup dalam Terang (Ayat 7)
- Ciri: Jalan dalam terang = hidup dalam kebenaran, transparan, dan persekutuan dengan sesama.
- Janji: “Darah Yesus menyucikan kita dari segala dosa.”
C. Pengakuan Dosa sebagai Syarat Hidup dalam Terang (Ayat 8-10)
- Bahaya Penyangkalan Dosa (Ayat 8, 10)
- Mengaku “tidak berdosa” = menipu diri sendiri dan menyangkal kebenaran Allah.
- Kuasa Pengakuan (Ayat 9)
- Syarat: Mengaku dosa dengan rendah hati.
- Janji Allah: Pengampunan dan penyucian.
- Contoh: Daud (Mazmur 32:5).
Sebagai orang Kristen, kita mengakui bahwa meskipun kita telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus, kita masih bergumul dengan “sisi-sisi gelap” dalam hidup karena natur dosa yang masih ada dalam diri kita (Roma 7:15-20). Berikut ini beberapa contoh sisi gelap itu:
- Dosa yang Terus Berulang
Meskipun sudah percaya, kita masih bisa jatuh dalam dosa yang sama berulang kali (misalnya: kebencian, kesombongan, pikiran kotor, atau ketidakjujuran). Ini menunjukkan bahwa proses pengudusan adalah perjalanan seumur hidup (Filipi 1:6). - Keraguan Iman dan Spiritual
Ada masa-masa ketika kita meragukan Allah, bertanya mengapa penderitaan terjadi, atau merasa jauh dari-Nya (seperti pemazmur dalam Mazmur 22:2). Ini adalah pergumulan iman yang wajar. - Kepura-puraan (Hipokrisi)
Kadang kita tampak “baik” di gereja tetapi hidup berbeda di tempat lain (Matius 23:27-28). Kita berjuang untuk menjadi autentik dalam iman. - Ketakutan dan Kecemasan
Meskipun percaya pada pemeliharaan Allah, kita masih sering khawatir akan masa depan, keuangan, atau kesehatan (Matius 6:25-34). - Egoisme dan Keserakahan
Keinginan untuk mengejar kepentingan diri sendiri, harta, atau status bisa lebih kuat daripada kerinduan untuk berbagi dan melayani (1 Timotius 6:10). - Sikap Menghakimi Orang Lain
Tanpa sadar, kita mudah melihat kesalahan orang lain sambil mengabaikan dosa sendiri (Matius 7:3-5). - Kepahitan dan Ketidakrelaan Memaafkan
Meskipun kita tahu pentingnya pengampunan, kadang kita memendam luka lama (Kolose 3:13).
Mengapa Ini Terjadi?
Ini adalah bagian dari proses pengudusan (sanctification). Kita bukan lagi budak dosa (Roma 6:6), tetapi kita masih hidup dalam dunia yang jatuh dan memiliki kelemahan daging.
Bagaimana Merespons?
– Mengakuinya dengan jujur di hadapan Allah (1 Yohanes 1:9).
– Bergantung pada Roh Kudus untuk perubahan (Galatia 5:16).
– Berkomunitas dengan saudara seiman untuk saling mendukung (Ibrani 10:24-25).
– Mengarahkan hati pada kebenaran Injil: Kita diselamatkan bukan karena sempurna, tetapi karena anugerah (Efesus 2:8-9).
Kristus datang bukan untuk orang yang “sempurna,” tetapi untuk orang yang sadar membutuhkan-Nya (Markus 2:17). Sisi gelap kita mengingatkan kita untuk terus bersandar pada kasih dan kekuatan-Nya.
Aplikasi:
- Evaluasi Hidup: Apakah ada area “kegelapan” (dosa, kepahitan, dusta) yang perlu dibawa kepada terang Allah?
- Praktik Pengakuan:
- Secara pribadi (doa).
- Dalam komunitas (Yakobus 5:16).
- Hidup Transparan: Menolak kepura-puraan dan membangun kejujuran dalam relasi.
Renungkan:
- Dosa apa yang paling sulit kita akui kepada Tuhan?
- Sisi gelap mana yang masih berusaha kita tutupi?
- Apakah saya merasa “cukup baik” sehingga tidak perlu bertobat?
Ayat Kunci:
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9).