Bahan Komsel GKJ Jembatan Lima

Minggu, 21 September 2025

MENABUR DI LADANG TUHAN
在主的田間撒種
(2 KORINTUS 9:6-11)

 

Tujuan khotbah: Jemaat memahami prinsip memberi sebagai bentuk “menabur” dalam kerajaan Allah dan didorong untuk menjadi penabur yang murah hati dengan iman, sehingga mengalami janji penyertaan dan kelimpahan Allah untuk menjadi berkat bagi banyak orang.

Ayat Kunci: “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” (2 Korintus 9:6)

 

Pendahuluan

Seorang petani tidak akan menuai apa-apa jika ia tidak menabur benih terlebih dahulu. Apa yang dia tabur (jenis, kualitas, dan kuantitas) akan menentukan apa yang dia tuai. Demikian pula dalam hidup rohani kita, terutama dalam hal memberi.

Latar Belakang: Surat 2 Korintus ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Korintus yang sedang mengalami masalah, termasuk dalam hal kolekte (persembahan) untuk membantu jemaat miskin di Yerusalem. Paulus mendorong mereka untuk setia dalam janji mereka untuk memberi.

Hari ini, kita akan belajar dari Rasul Paulus tentang apa artinya Menabur di Ladang Tuhan. Bukan sekadar memberi uang, tetapi ini adalah soal iman, sikap hati, dan percaya pada penyertaan Tuhan yang tidak terbatas.

Menabur di ladang Tuhan berarti:

  1. MEMAHAMI PRINSIP TABUR-TUAI: Hukum Kekekalan dalam Memberi (Ayat 6)
    Paulus memulai dengan prinsip yang tidak terbantahkan: seperti dalam pertanian, demikian juga dalam memberi. Hasil panen selalu berkaitan erat dengan apa yang ditabur. Dalam hal ini perlu diwaspadai bahwa pemberian bukan sebuah transaksi memberi dengan imbalan atau timbal balik. Prinsip memberi didasari oleh kasih kepada Allah dan ucapan syukur karena Allah telah memberi yang terbaik dalam hidup kita. Selanjutnya kita menjadi saluran berkat bagi orang lain.
  2. MEMILIKI SIKAP HATI: Memberi dengan Sukacita, Bukan Terpaksa (Ayat 7)
    Allah sangat memperhatikan “bagaimana” kita memberi. Paulus menyebut dua sikap yang salah: Sedih hati: Hati yang berat saat memberi. Perasaan terpaksa: Seperti dipaksa oleh keadaan atau orang lain. Kontras dengan Allah yang menghargai orang yang memberi dengan sukacita (hilarios – cheerful/happy).
    Aplikasi: Mari evaluasi motivasi kita dalam memberi. Apakah kita memberi karena kita “harus” atau karena kita “ingin” menyenangkan hati Tuhan dan menjadi berkat? Berilah sebagai respons atas kasih karunia Allah.
  3. MENGALAMI JANJI ALLAH: Kuasa-Nya untuk Melimpahkan Kasih Karunia (Ayat 8-10)
    Inilah dasar mengapa kita bisa memberi dengan berani! Kita bukan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi pada janji penyertaan Allah. Janji-Janjinya: Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia (ayat 8): Kasih karunia-Nya mencukupi untuk segala perkara, termasuk kebutuhan finansial kita, sehingga kita pun bisa berkelimpahan dalam pelbagai kebajikan. Allah yang memberi benih kepada penabur (ayat 10): Ini kunci utama! Bahkan “benih” (sumber daya yang kita miliki untuk diberi) itu sendiri adalah pemberian dari Allah. Kita hanya mengelola milik-Nya. Dia yang memberi kita kemampuan untuk menghasilkan kekayaan (Ul. 8:18). Allah akan melipatgandakan benih dan meningkatkan hasil kebenaran kita (ayat 10-11): Ketika kita setia menabur (memberi), Tuhan tidak hanya akan memenuhi kebutuhan kita tetapi juga melipatgandakan kapasitas kita untuk memberi lebih banyak lagi dan menghasilkan “buah” kebenaran (jiwa-jiwa yang diselamatkan, kebutuhan terpenuhi, kemuliaan Tuhan dinyatakan).
    Aplikasi: Kita bisa memberi dengan berani karena kita percaya pada Sang Sumber Berkat, bukan pada besarnya kemampuan kita. Iman kita tertuju pada Allah yang sanggup memberkati, bukan pada kemampuan finansial kita.
  4. TUJUAN AKHIR: Kemuliaan Tuhan dan Pengucapan Syukur (Ayat 11-12)
    Hasil akhir dari menabur di ladang Tuhan bukanlah kekayaan pribadi kita, tetapi: Kita diperkaya dalam segala hal untuk bermurah hati (ayat 11): Berkat Tuhan kepada kita bertujuan agar kita menjadi saluran berkat. Pelayanan ini bukan hanya mencukupkan kebutuhan orang-orang kudus (ayat 12) tetapi juga bagi keselamatan jiwa-jiwa yang diselamatkan. Meluapnya ucapan syukur kepada Allah (ayat 11-12): Ucapan syukur dari mereka yang menerima berkat akan memuliakan Tuhan. Inilah tujuan tertinggi: kemuliaan Allah.
    Aplikasi: Memberi adalah tindakan ibadah yang memuliakan Tuhan. Saat kita memberi, kita menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan dan mendorong banyak orang untuk mengucap syukur kepada-Nya.

 

Penutup

Menabur di ladang Tuhan adalah:

  1. Sebuah Prinsip (apa yang ditabur akan dituai).
  2. Sebuah Sikap Hati (sukacita memberi, bukan paksaan).
  3. Sebuah Tindakan Iman (percaya pada janji penyertaan Allah).
  4. Sebuah Ibadah yang memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.
Follow us: