TEMA BESAR KOMSEL:
AKU PASTI BERBUAH
Persiapan bagi PKS:
- Apa yang anda dapatkan dalam firman Tuhan yang minggu ini?
- Pasti ada minimal satu pesan dari firman Tuhan yang paling kuat menggentarkan hati anda, apakah itu? Menurut anda mengapa pesan itu sangat penting bagi anda? Apa yang akan anda lakukan dengan pesan khusus itu?
(Sebelum membaca ringkasan khotbah, renungkan kembali pesan khusus Tuhan untuk anda melaluik hotbah yang anda dengar, resapi itu dan buatlah komitmen-komitmen iman di dalamnya, tujuannyaa dalah agar anda tidak melewatkan pesan khusus Tuhan atas hidup anda. Pola ini juga dapat anda terapkan dalam komsel, sebelum sharing dan membahas ringkasan khotbah ada baiknya setiap anggota komsel merenungkan sejenak apa yang secara pribadi mereka dapatkan melalui khotbah)
Ringkasan Khotbah 18 Juni 2023
MENIKAH DAN LAJANG MENJADI BERKAT
Matius 19:1-12
Pada zaman Tuhan Yesus kehidupan pernikahan umat Tuhan sangat rentan terhadap perceraian, hal itu dikarenakan kesalahpahaman penafsiran mereka tentang perkataan Musa dalam kitab taurat yang dicatat dalam Ulangan 24:1-4. Kesalahpahaman ini telah dianut turun-temurun sehingga mereka anggap sebagai kebenaran, yaitu bahwa jika suami tidak suka lagi dengan istrinya karena didapatinya yang tidak senonoh dari padanya maka perempuan itu boleh diceraikan dengan memberikan surat cerai. Kesalahpahamannya adalah pada penafsiran “hal tidak senonoh” yang dikatakan oleh Musa, banyak orang yang menganggap itu sebagai “hal apapun yang dianggap tidak senonoh oleh suami” hal itu didukung oleh seorang rabi yang cukup berpengaruh bernama Hillel. Rabi Hillel membenarkan perceraian dengan alasan apapun sekalipun itu hanya karena hal-hal yang sepele, sampai ada penafsir yang mengatakan bahwa makanan keasinan saja bisa dianggap hal tidak senonoh dan bisa dijadikan alasan perceraian.
Disisi lain, ada sekelompok kecil orang yang menolak gagasan ini yang dipelopori oleh seorang rabi lain bernama Shammai, rabi Shammai menegaskan bahwa yang dimaksud tidak senonoh dalam ulangan 24:1 itu adalah perzinahan. Orang-orang Farisi ingin menarik tuhan Yesus dalam kontroversi ini, mereka ingin menjebak Tuhan Yesus dalam dilemma yang cukup panjang tersebut. Tuhan Yesus mengetahui tujuan mereka dan Tuhan tidak mau terjebak dalam kontroversi tersebut, itulah mengapa Tuhan Yesus tidak fokus pada Ulangan 24:1 tetapi Tuhan Yesus menarik mereka kebelakang yaitu kepada kisah awal penciptaan untuk melihat hakikat pernikahan yang sesungguhnya. Tuhan Yesus ingin menegaskan bahwa pernikahan bukanlah rancangan manusia tetapi rancangan Allah, pernikahan itu berakar pada rencana kekal Allah dalam penciptaan manusia. Oleh karena itu adalah rancangan Allah maka tidak boleh diintervensi manusia, apa yang dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.
Apa yang pesan penting yang dapat kita pelajari dari hal ini? Yaitu bahwa jika kita ingin kehidupan pernikahan kita berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat maka kita harus menjalaninya dalam prinsip-prinsip kebenaran yang sejati. Banyak keluarga berantakan karena telah menyimpang dari kebenaran Tuhan. Bayangkan yang terjadi dalam teks ini, cuma kesalapahaman penafsiran Alkitab bisa berdampak pada kehancuran rumah tangga, menghasilkan anak-anak yang terluka dan kejatuhan dalam rupa-rupa dosa perzianahan.
Pesan firman Tuhan ini sangat sederhana, yaitu jalanilah kehidupan pernikahan anda dalam cara pandang yang benar yaitu melihat pernikahan anda sebagai rancangan kekal Tuhan yang harus dijalani dalam kekudusan dan kebenaran. Jangan memberikan cela dengan mencoba memasukkan keinginan subyektif anda di dalamnya apalagi hal-hal yang lahir dari spirit dosa seperti yang dilakukan oleh orang-orang Israel yang ingin mendapatkan pembenaran atas sikap egois mereka untuk bercerai. Tidak ada alasan perceraian lain selain perzinahan!
Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak menikah? Dalam teks ini tidak ada indikasi bahwa orang yang tidak menikah itu melanggar firman Tuhan. Hidup melajang itu bukan dosa, ada orang yang tidak menikah karena terlahir demikian, misalnya mereka yang cacat sejak lahir, ada yang karena dibuat oleh orang lain misalnya para pengawal pribadi ratu atau anak perempuan raja waktu itu yang dikebiri dan ada yang melakukannya karena ingin mengkhususkan diri bagi kerajaan Allah. Semua itu bukanlah dosa. Intinya menikah itu adalah sebuah panggilan hidup dari Tuhan.
Tentunya hal ini menarik bagi kita, bagaimana dengan isu-isu global saat ini misalnya resesis seksual dimana orang-orang tidak mau menikah karena merasa menikah itu menambah beban hidup? Ini tentunya hal yang berbeda karena sudut pandangnya berbeda, resesi seksual itu adalah sebuah paradikma yang tidak melihat pernikahan sebagai bagian dari rancangan Allah, tetapi sebuah paradikma yang lahir dari ketakutan dan keegoisan. Karena sebenarnya orang menikah belum tentu beban hidupnya lebih banyak dari orang yang tidak menikah begitu sebaliknya.
Kesimpulannya adalah, menikah atau hidup melajang bukanlah penentu hidup kita berkenan kepada Tuhana atau tidak, bukan penentu hidup kita menjadi berkat atau tidak. Semua kembali kepada bagaimana kita hidup dalam kebenaran dan tidak menjadikan keadaan kita untuk alasan membenarkan dosa. Kebenaran-tetap kebenaran, menikah atau tidak tetap harus menjadi berkat.
Pertanyaan untuk direnungkan:
- Setelah anda mendengarkan khotbah dan membaca ringkasan ini apa komitmen anda dalam kehidupan pernikahan anda? Dan bagi yang tidak atau belum menikah, apa komitmen anda?
- Apa yang akan anda lakukan agar keluarga dan kehidupan pribadi anda menjadi berkat?
- Menurut anda adakah orang yang sengaja memahami/menafsirkan firman Tuhan dengan cara yang salah untuk membenarkan diri?
- Diskusikan hal-hal yang salah dalam konsep generasi muda masa kini tentang pernikahan