TEMA BESAR KOMSEL:
AKU PASTI BERBUAH
Persiapan bagi PKS:
- Apa yang anda dapatkan dalam firman Tuhan yang minggu ini?
- Pasti ada minimal satu pesan dari firman Tuhan yang paling kuat menggentarkan hati anda, apakah itu? Menurut anda mengapa pesan itu sangat penting bagi anda? Apa yang akan anda lakukan dengan pesan khusus itu?
(Sebelum membaca ringkasan khotbah, renungkan kembali pesan khusus Tuhan untuk anda melalui khotbah yang anda dengar, resapi itu dan buatlah komitmen-komitmen iman di dalamnya, tujuannya adalah agar anda tidak melewatkan pesan khusus Tuhan atas hidup anda. Pola ini juga dapat anda terapkan dalam komsel, sebelum sharing dan membahas ringkasan khotbah ada baiknya setiap anggota komsel merenungkan sejenak apa yang secara pribadi mereka dapatkan melalui khotbah).
Ringkasan Khotbah 3 September 2023
SIAPAKAH SESAMAKU?
Lukas 10:25-37
Kesombongan para pemuka agama menjadi hal yang cukup disoroti pada masa Perjanjian Baru, hal itu dikarenakan Tuhan Yesus sering mengecam mereka dan di sisi yang sebaliknya mereka juga sering mencobai Tuhan Yesus dengan harapan menemukan kesalahan pada-Nya. Teks ini merupakan salah satu catatan dimana seorang ahli taurat bertanya kepada Tuhan Yesus, dan lagi-lagi pertanyaan ini tidak didasari motivasi yang tulus tetapi hanya untuk mencobai Tuhan Yesus. “Apa yang harus kulakukan agar aku memperoleh hidup yang kekal?” Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang penting sekali karena menyangkut hakikat dari keyakinan iman umat perjanjian yaitu tentang kehidupan yang kekal, jadi jawaban pertanyaan ini sangat beresiko, jika Tuhan Yesus salah jawab maka sangat mudah bagi ahli taurat itu menyebut-Nya sesat dan memprovokasi massa. Tetapi Tuhan Yesus tahu maksudnya makanya Tuhan membalikkan pertanyaannya “apa yang tertulis dalam taurat? Apa yang kau baca di sana?” Dengan mudahnya ahli taurat menjawab yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi serta mengasihi sesama seperti diri sendiri. Tuhan Yesus membuktikan bahwa pertanyaan ahli taurat itu sebenarnya bukan tidak di dasari keingintahuan, dia sudah tahu jawabannya. Tuhan Yesus mengatakan, lakukan itu maka engkau akan hidup.
Sampai pada bagian ini kita dapat belajar bahwa pengetahuan itu penting tetapi tidak ada gunanya tanpa di lakukan, ketika ahli taurat itu menjawab dengan tepat, Tuhan tidak mengatakan bahwa karena hal itu ia akan diselamatkan tetapi Tuhan Yesus menekankan pada saat melakukannya seseorang akan hidup. Ini mengandung pesan yang sangat penting bagi kita yaitu pentingnya menjadi pelaku firman Tuhan.
Sepertinya ahli taurat itu belum puas dengan pertanyaan pertama, dia Kembali mencari celah “siapakah sesamaku”. Ada penafsir yang mengatakan bahwa tujuan pertanyaan kedua ini kemungkinan adalah untuk aktualisasi diri, jika Tuhan Yesus mengatakan bahwa sesama yang dimaksud adalah sesama bangsa Israel sesuai dengan konsep ekslusifisme Israel pada masa itu, maka ahli taurat itu dengan mudahnya menjawab, itu sudah aku lakukan. Sayangnya jawaban Tuhan Yesus tidak seperti yang ia pikirkan, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan yang kembali menemplak ahli taurat itu. Tuhan Yesus mengkontraskan tokoh paling penting dalam agama Yahudi yaitu orang Lewi dan para Imam, mereka adalah pelayan-pelayan utama dalam bait Allah, ditambah lagi narasi perumpamaannya dari “Yerusalem ke Yerikho” yang artinya bisa jadi mereka sedang pulang dari pelayanan di Yerusalem. Sikap mereka terhadap korban perampokkan itu dikontraskan dengan orang Samaria, bangsa keturunan campuran yang mereka anggap sesat dan keluar dari jalur perjanjian Tuhan, oleh karena kemurahan hati dan belas kasihan orang samaria itu, orang yang dirampok itu ditolong dan diantar sampai penginapan dan dia membayar semua biayanya. Yang Tuhan Yesus tekankan di sini adalah bahwa identitas itu tidak ada gunanya tanpa kehidupan dalam kasih dan kebenaran. Orang Samaria lebih pantas jadi sesama bagi orang lain dibandingkan dengan tokoh agama yang angkuh tetapi tidak melakukan apa-apa.
Penekanan pesan teks ini adalah pada kehidupan yang berbelaskasihan kepada orang lain. Jika hal ini kita tarik dalam aplikasinnya dalam konteks misi sesuai tema kita bulan ini, maka ini sangat relevan. Tanpa belaskasihan maka tidak ada alasan bagi kita untuk semangat bermisi, jika kita hanya melihat amanat agung itu sebagai perintah dan dalam hati kita tidak tergerak oleh belas kasihan kepada orang lain, maka misi yang kita kerjakan hanya akan sebatas program. Tetapi jika kita bermisi atas dasar belas kasihan maka kita akan sangat bersemangat dikarenakan kita iba melihat orang-orang yang belum percaya disekeliling kita, kita akan berjuang untuk menjangkau mereka sebab hati kita akan mendorong kita.
Biarlah firman Tuhan ini boleh mendorong kita untuk menjadi pelaku firman dan saksi kebenaran Injil yang didorong oleh belas kasihan. Tuhan Yesus memberkati.
Pertanyaan untuk direnungkan dan disharingkan:
- Apakah anda sudah menjadi sesama bagi orang lain seperti yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam perumpamaan ini?
- Diskusikan pendapat anda tentang “menjadikan kehidupan kita sebagai kabar baik bagi orang lain”
- Diskusikan alasan mengapa kita harus berbelas kasihan terhadap orang yang belum percaya?