Bahan Komsel GKJ Jembatan Lima

Minggu, 09 November 2025

WASPADA RASA AMAN PALSU
警惕虚假的安全感
Hosea 10:1-2

 

Israel adalah pohon anggur yang riap tumbuhnya, yang menghasilkan buah. Makin banyak buahnya, makin banyak dibuatnya mezbah-mezbah. Makin baik tanahnya, makin baik dibuatnya tugu-tugu berhala. Hati mereka licik, sekarang mereka harus menanggung kesalahan mereka. Tuhan akan menghancurkan mezbah-mezbah mereka dan meruntuhkan tugu-tugu berhala mereka.

Hosea 10:1-2 menggambarkan kondisi Israel yang sangat makmur dan sukses. Mereka bagaikan pohon anggur yang subur, menghasilkan buah yang melimpah. Namun, kemakmuran ini justru menjadi batu sandungan. Alih-alih bersyukur dan mendekat kepada Tuhan, mereka malah menjadi sombong dan merasa aman karena semua kemakmuran dan kesuksesan itu. Dengan demikian bangsa Israel meletakkan rasa aman mereka kepada sumber yang salah yaitu kepada kekayaan dan kesuburan (“buahnya”). Mereka mengandalkan kemakmuran materi sebagai jaminan hidup. Mereka juga mencampuradukkan penyembahan kepada Tuhan dengan penyembahan berhala, seolah-olah semua berkat itu adalah hasil dari usaha dan dewa-dewa mereka sendiri.

Nabi Hosea juga menyatakan bahwa hati bangsa Israel menjadi licik, mereka berpikir bisa menyenangkan Tuhan sekaligus menyembah allah-allah lain (kekayaan, kekuatan, dan dewa-dewa bangsa lain) sebagai “jaminan ekstra.” Inilah yang disebut rasa aman palsu. Mereka merasa semua baik-baik saja karena secara lahiriah, mereka berhasil. Tetapi Tuhan melihatnya sebagai hati yang terbagi antara keamanan palsu dan kesetiaan kepada Allah.

Akibat dari ketidaksetiaan bangsa Israel ini sangat serius. Tuhan akan menghancurkan sumber rasa aman palsu mereka. Apa yang mereka andalkan justru akan dirobohkan.

Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk introspeksi: Apakah kita juga sering membangun “mezbah-mezbah” dan “tugu berhala” kita sendiri di tengah berkat yang Tuhan berikan? Kita perlu menjaga kemurnian hati kita untuk hanya menjadikan Tuhan satu-satunya sumber keamanan kita yang sejati. Hanya Tuhan saja jaminan atas hidup dan masa depan kita. Bukan berarti kita tidak memerlukan semua yang materi, tetapi tidak menjadikan itu sebagai tumpuan hidup kita. Waspadalah terhadap rasa aman yang palsu.

 

Pertanyaan untuk direnungkan:

  1. Sumber rasa aman: Di dalam hidup Anda saat ini, apakah yang paling sering menjadi sumber rasa aman dan kepuasan Anda? Apakah itu benar-benar Tuhan, atau justru hal-hal lain seperti; prestasi, rekening bank, relasi, atau pengakuan orang lain yang telah Anda jadikan “mezbah” tanpa Anda sadari?
  2. Kelicikan hati: Di area mana saja hati Anda mungkin berlaku “licik” dengan membenarkan ketergantungan pada hal lain selain Tuhan? Misalnya, dengan berkata, “Saya bersyukur kepada Tuhan, tapi… saya juga harus mengandalkan [kekayaan/koneksi/keahlian] ini untuk jaminan hidup saya.” Bagaimana Anda bisa mengembalikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber keamanan dan kesetiaan Anda?
Follow us: