TEMA BESAR KOMSEL:
AKU PASTI BERBUAH
Persiapan bagi PKS:
- Apa yang anda dapatkan dalam firman Tuhan yang minggu ini?
- Pasti ada minimal satu pesan dari firman Tuhan yang paling kuat menggentarkan hati anda, apakah itu? Menurut anda mengapa pesan itu sangat penting bagi anda? Apa yang akan anda lakukan dengan pesan khusus itu?
(Sebelum membaca ringkasan khotbah, renungkan kembali pesan khusus Tuhan untuk anda melalui khotbah yang anda dengar, resapi itu dan buatlah komitmen-komitmen iman di dalamnya, tujuannya adalah agar anda tidak melewatkan pesan khusus Tuhan atas hidup anda. Pola ini juga dapat anda terapkan dalam komsel, sebelum sharing dan membahas ringkasan khotbah ada baiknya setiap anggota komsel merenungkan sejenak apa yang secara pribadi mereka dapatkan melalui khotbah).
Ringkasan Khotbah 30 Juli 2023
YANG RUSAK DIBENTUK
Yesaya 64:8
Zaman dimana kita ada saat ini adalah zaman yang cenderung utilitarian dan pragmatis. Utilitarian memandang segala sesuatu sebagai alat. Seorang yang ingin mencari pasangan misalnya, kriteria utama biasanya adalah “pintar cari duit”, karakter dan kedewasaan iman dijadikan sebagai kriteria terakhir dan terkadang kurang diperhatikan karena dianggap tidak terlalu penting. Pragmatis adalah sebuah spirit zaman yang melihat segala sesuatu berdasarkan manfaat, semua hal yang dianggap tidak bermanfaat akan dibuang. Sebuah vas bunga yang sudah pecah akan dibuang karena dianggap tidak punya nilai dan tidak bermanfaat.
Cara Tuhan memperlakukan kita sangat bertentangan dengan spirit dunia ini. Sekalipun kita rusak dan kehilangan nilai karena dosa, Tuhan tidak pernah membuang kita. Tuhan tetap mau menerima kita apa adanya dan memulihkan kita.
Konteks Yesaya 64:8 ini adalah peristiwa pembuangan Yehuda ke Babel. Karena mereka terus berdosa kepada Tuhan, Tuhan mengizinkan mereka jatuh ke tangan musuh, kota Yerusalem dihancurkan dan bait Allah dibakar, bukan hanya itu mereka semua juga diusir dari tanah perjanjian dan di giring ke Babel untuk dijadikan budak. Sekalipun demikian Tuhan tidak benar-benar meninggalkan mereka, sekalipun mereka tidak lagi memiliki bait Allah tetapi mereka tetap masih memiliki Allah dan sekalipun mereka tidak lagi memiliki tanah perjanjian tetapi perjanjian Allah dengan mereka tidak dibatalkan.
Nas ini diawali dengan sebuah kalimat “tetapi sekarang ya Tuhan” ini menunjukan sebuah kontras dengan keadaan mereka di masa lalu. Sebelumnya mereka jauh dari Tuhan karena dosa tetapi sekarang oleh anugerah mereka dapat memanggil nama Tuhan, dan sekalipun akibat dosa itu mereka harus menderita tetapi dalam iman dan pengharapan mereka tetap dapat memandang kepada Tuhan dan memanggil nama-Nya. Ini adalah penghiburan bagi kita yaitu bahwa sekali Tuhan menjadi Tuhan kita maka dalam anugerahNya kita akan selalu menjadi anak-anak-Nya. Untuk itu pengharapan kita tidak boleh kita dirikan atas dasar situasi tetapi relasi. Tidak peduli seberapa beratnya persoalan yang kita hadapi, itu bukanlah ukuran pemeliharaan Tuhan atas kita, kita harus senantiasa percaya bahwa Tuhan tidak pernah membuang kita dan pertolongan-Nya pasti nyata pada waktunya, kita harus tetap memandang kepada Tuhan dan berharap hanya pada-Nya.
Kalimat kedua dari nas ini adalah “Engkaulah Bapa kami”. Konsep Bapa dalam kitab Yesaya memiliki penekanan tersendiri, figur Bapa ditampilkan sebagai Pribadi yang sangat mengenal kita. Hal ini mengandung pesan rohani yang sangat dalam yaitu bahwa pengenalan Bapa atas kita tidak mempengaruhi kesetiaan-Nya. Hal ini sangat kontras dengan dunia, biasanya semakin kita mengenal seseorang, kita juga akan semakin tahu keburukannya dan seringkali hal itu mengecewakan. Ketika aib seseorang terbongkar maka penerimaan orang lain akan berubah. Tuhan sama sekali berbeda, sekalipun Tuhan mengenal sisi gelap kita, Tuhan tidak pernah menolak kita. Tuhan mengenal kita selama-lamanya tetapi kasih dan kesetiaan-Nya tetap selama-lamanya.
Bagian yang ketiga adalah “kamilah tanah liat dan Enkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu”. Tuhan digambarkan sebagai penjunan yang akan membentuk kita seturut dengan kehendak-Nya, jadi tidak peduli Tuhan membentuk kita jadi apa, tidak peduli prosesnya bagaimana, mungkin kita – dalam waktu dan situasi tertentu – diahancurkan, tetapi kalau itu untuk tujuan Penjunan kita maka hal itu pasti ada tujuan lain yang lebih indah untuk kemuliaan-Nya, mungkin kita seperti bejana yang dihancurkan untuk dibentuk ulang menjadi sesuatu yang lebih mulia, kehidupan kita bermakna apabila sesuai dengan tujuan Penjunan kita.
Nas ini mengandung sebuah rahasia kehidupan yang sangat penting yaitu Tuhan adalah Bapa dan Penjunan bagi kita, sebagai Bapa Dia menyediakan kasih dan sebagai Penjunan Dia menyediakan kuasa. Kasih dan kuasa adalah hal yang sangat kita butuhkan saat kita menderita. Intinya Tuhan berdaulat mutlak atas hidup kita bahkan ketika Tuhan mengizinkan kita jatuh, Tuhan menyediakan tangan-Nya untuk menatang kita. Jadi sekalipun kita jatuh terhempas dengan keras, kita tetap jatuh pada tangan Tuhan yang lembut. Soli Deo Gloria!
Pertanyaan untuk direnungkan:
- Sudahkah Tuhan menjadi Bapa bagi Anda?
- Apa respon Anda setelah mengetahuhui bahwa Bapa sebenarnya mengenal sisi gelap anda tetapi Dia tetap tidak pernah membuang Anda?
- Jika Tuhan adalah Bapa yang mengasihi dan Penjunan yang Mahakuasa, apa komitmen pribadi Anda kepada-Nya?